hari sabtu, kemaren gue duduk di kursi baris ke2 w/ lufi. Karena ga ada yang ngisi bangku baris pertama alhasil jadinya kita yang duduk paling depan (tumben bgt gue mau duduk depan kelas). waktu itu lg istirahat, gue kira belum jam pelajaran mulai, tiba-tiba buya masuk ke dalam kelas, membawa suaranya yang besar dan menggelegar memekakkan telinga orang yang mendengarnya (yaitu gue).
Buya : "
YA ANAK-ANAK WAKTU ISTIRAHAT TINGGAL SATU MENIT LAGI, SILAHKAN MENYIAPKAN DIRI"
astaga ! buya !!!! santai tah ngajarnya gak usah teriak-teriak kuping gue sakit buy !!!! batin gue.
buya tetep ngajarin pake suaranyay ang menggelegar plus memekakkan telinga. gue yang ngerasa telinga gue udah hampir pecah cuman bisa ngeluh dalam hati. Lufi yang duduk di samping gue cuman ketawa-ketawa ngeliat gue yang pasrah, lemes dan udah pusing gara-gara suaranya buya. akhirnya temen gue yang kayaknya udah sakit telinga kayak gue, protes.
"buy, suaranya dikecilin"
gue yang sedari tadi udah pusing juga gara-gara suara ganyantenya buya, ikutan ngomong
gue : "iya buy, kecilin dikit suaranya, suara buya keras banget".
yang lain pun mengganggukan kepala, setuju.
buya cuman diem, mikir, terus ngomong.
buya : "
BAIKLAH ANAK-ANAK, BEGINI?"
"TES" semua geleng-geleng kepala
"TES" kurang kecil buya
"tes" kekecilan, gedein dikit
"tes~" nah, gitu buya !
akhirnya buya ngajar dengan suaranya yang rada melambai gitu, waktu buya mulai ngomong kita semua ketawa
anak-anak : "buy, biasa dong ngomongnya!"
gue : "iya buy jangan kayak cewek gitu dong, kemelinti"
Lufi : "iya buya! hahahahaha"
akhirnya buya menyesuaikan suaranya lagi, kembali mengajar. awalnya udah biasa ngomongnya. lama-kelamaan suaranya tambah keras dan tambah keras lagi. gue cuman bisa pasrah, nulis sambil geleng-geleng kepala. Tiba-tiba Alfi nyindir.
Alfi : "buya, kok taambah lama tambah keras ya buy"
buya : "IYA NAK, KARENA SAYA HARUS MENYAMPAIKAN FREKUENSINYA SAMPAI KE UJUNG SANA"
dengan gayanya yang lebay, buya memainkan tangannya, nunjuk2 ke arah belakang
gue : "tapi buya, kasian yang duduk di depan" kata gue lemes, pasrah.
Buya tetep ngejelasin pelajaran, maju-mundur kayak biasanya. sialnya buya nerangin di samping meja gue dan lufi, gue cuman bisa diam, meratapi nasib telinga gue yang kayaknya udah mau pecah. dan tau ya buya itu kalo Aisyah (anaknya) sama Umi (Istrinya) lagi gak dirumah, buya itu ditemenin mbak siti (si tikus) dan buya ngaku kalo pernah HIDUP SAMA TIKUS ==